LELAKI DENGAN LUKA DI DADA KIRI
lelaki dengan luka di dada kiri memetik rembulan dan memerahnya; jadilah sebersit cahaya membentang antara langit dan bumi kemudian dititinya setapak demi setapak hingga seribu tahun perjalanan
di sana seribu matahari bergelantung di dahan rindu dan melambaikan tangan kemudian menuntun jemari keriput untuk memetiknya dan ditapis di secangkir cahaya; jadilah samudera
di sana gelombang-gelombang menghantam karang dan membersihkan lumut; jadilah kerang yang mengerat bulir pasir dan memuntahkannya: berkilau-kilau sebelum tersentuh cahaya
di sana butir-butir mutiara menetes setelah ditiupkan padanya mantra-mantra purba; lelaki dengan luka di dada kiri tidur terlentang menunggu butir-butir itu jatuh di dadanya dan berdoa agar degup jantungnya berdetak seiring detik jam yang menggantung di gerbang keheningan
lelaki dengan luka di dada kiri menemukan dirinya kehilangan kata-kata dan degup jantungnya; rembulan, matahari, samudera, kerang, dan mutiara: bisu
Lamongan, 13/04/07
SAPI KITA DALAM JERAT LABA-LABA
seekor sapi – dari tujuh yang kita punya – terperangkap sarang laba-laba. dia menjejak-jejak senar-senar rapuh itu sambil memamah angin. kemudian seekor singa penyihir melemparkan buhul-buhul, seperti penyihir fir’aun. sapi itu menggeleng-gelengkan kepala seraya melafalkan nama samiri. buhul-buhul bersekutu dengan jaring laba-laba untuk menjeratnya semakin kuat.
laba-laba memanggil teman-temannya dan kentut bersama-sama di depan hidung sapi kita itu. kita menyumbat hidung dan mencerca penggembala yang belum kembali dari buang hajat.
Lamongan, 2 mei 2008
AKU DAN PEREMPUAN YANG TIDAK KUKENAL
kami duduk menunggu bus lewat. “ini adam,” kataku memperkenalkan diri. dia menimpali, “ini hawa.” lalu adam dan hawa saling kunci dalam kamar surga. mereka bicara melalui lubang kunci dengan kata-kata membosankan. bersamaan dengan itu, lahirlah setan dari mani onani iblis.
“apa yang dibayangkan oleh iblis ketika itu?” tanyaku padanya. kemudian dia menjawab sambil bercekikik, “cover majalah porno.” dan aku membantah, “tidak. tuhan masih belum sempat bikin majalah, apalagi yang porno.” dia lanjutkan percakapan, “jangan panjang-panjang bicara.” aku bertanya, “mengapa?”
bus yang ditunggu perempuan itu datang. dia berkata lirih,”nah!” seraya membuka pintu dan naik tangga besi itu. aku lupa menanyakan apakah hawa dulu telanjang ketika setan lahir?
Lamongan, 22 april 2008
SEBUAH KISAH TENTANG MIMPI
mimpi yang biasa mengepulkan asap rokok di atas pematang telah kedinginan, bahkan membeku, dan api di ujung batang rokoknya pun mati. ia tidak bisa berkisah tentang tanah, air, bulir padi, ikan, dan penghidupan.
mimpi berkali-kali mencoba membunuh diri dengan merendam tubuh dalam lumpur, tetapi udara masih kerasan di tubuhnya. berkali-kali pula ia mencuri kain kafan mayat yang meninggal hari kamis legi, namun ia selalu kalah dengan serangga-serangga tanah.
pada suatu malam penduduk menyaksikan mimpi memungut api dari rumah mereka kemudian berteriak-teriak seperti mengigau, “pagi masih jauh, musim kerap memungkiri janji, kata-kata selalu berdusta, pilihan menjadi takdir terburuk, sementara kutukan hanya makanan untuk anak-anak, dan penderitaan seperti kepastian yang tak terelakkan.”
akhirnya, mimpi pulang ke pematang dan bernaung di bawah sebatang pohon jati tua. ia memetik pupus daunnya dan ditorehkan di atas…
tepat di atas pematang: lamongan, 20/06/08
TIGA EKOR RAYAP DAN BURUNG PELATUK
seekor rayap berkepala kecil berkata pada pelatuk yang hampir saja mencucuk tubuhnya, “aih! selalu kau pura-pura tidak tahu adaku.”
burung pelatuk berhenti sebentar kemudian mematuk di tempat lain. seekor rayap berkaki ganjil muncul di balik kulit yang dikelupasnya dan berseru, “apakah kau pura-pura tidak tahu adaku lagi?!”
burung pelatuk tertegun sejenak lantas mematuk di bagian lain. seekor rayap yang kehilangan dua kaki depan menyembulkan kepalanya di balik serat kayu yang terkelupas dan berteriak, “tidak adakah pohon lain lagi?!”
burung pelatuk mengangkat kepalanya lalu secepat kilat mematuk ketiga rayap satu per satu. “aku masih belum kenyang,” bisiknya seraya mematuk lagi.
surabaya-lamongan, 26/06/05
UNDANGAN SEORANG BAPAK
YANG ANAKNYA SEDANG ULANG TAHUN
: bersama pavel
aku sudah tidak tahan mendengar pengaduan anakku untuk mengadakan pesta selamat tinggal bagi masa kanak-kanaknya. berbekal hutang ke sana kemari dan menggadaikan sisa barang yang berharga, akhirnya tersedia kue kukus di atas meja.
sebentar lagi lilin-lilin dinyalakan dan lagu-lagu ulang tahun disorakkan.
aku duduk di kursi memandang jarum jam bergerak. kupanggil istriku agar memasak nasi jagung, sayur asam, dan menggoreng ikan asin. “jangan lupa sambalnya,” teriakku.
setelah semua masakan terhidang di atas meja, aku segera mengundang tetangga, kenalan, dan siapa saja yang kuingat namanya, tidak lupa tuhan – tentu saja kukatakan menu makanan kami agar dia tidak kecewa. tetapi, tidak ada yang datang selain tuhan yang maha sibuk. akhirnya, kami makan sambil menonton anak-anak berpesta.
tanjung kodok, awal juli 2005
DOA KAWANAN ANJING
tuhan,
ke mana para pelacur yang menyingkapkan betis, melepas sepatu high heel, memeras payudara, dan memberikan susu kepada anjing-anjing yang kelaparan.
15/07/05
PENGAKUAN
tuhan, banyak dosa yang kulakukan. tolong berikan kartu namamu
biar kukunjungi rumahmu. jangan lupa sambut aku dengan senyum
agar aku tak ragu-ragu bertamu
lamongan, 4 September 2005
LAUT PADA SEBUAH SENJA
: buat calon istriku
burung-burung culuk belum pulang memandu para nelayan, sementara matahari melukis langit dengan lembayung. ketika itu siur angin membawa debu-debu
menimbuni kastil pasir dan membangun gugusan pulau tanpa nama
di kejauhan nahkoda-nahkoda kapal membunyikan peluit panjang dan mengusir anak-anak ikan yang bermain di debur ombak. di atas karang-karang pilihan pernah aku kehilangan ikan kering kemudian dengan sampan kecil kusisir
debu, pasir, gelombang; amboi, ikan kering memandu ribuan paus berebutan menelanku sesampanku.
lamongan, menjelang peminanganku pada 9 maret 06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar